Aku Tak Bisa Seperti Dia

Rura Pratiwi

Pernahkah kamu merasa kecil dihadapan pencapaian orang lain? Perasaan itu sering datang tanpa diundang, terutama saat kita membandingkan diri dengan orang yang tampaknya selalu lebih unggul. "Aku tak bisa seperti dia," mungkin menjadi gumaman yang berulang dalam hati. Namun, di balik perasaan itu, sering kali kita melupakan satu hal penting: setiap orang memiliki perjalanan dan jalur keberhasilannya masing-masing. Membandingkan diri dengan orang lain tanpa memahami perjuangan mereka adalah seperti membandingkan dua buku yang belum selesai ditulis ceritanya belum lengkap, termasuk cerita kita sendiri.

Ketika rasa iri mulai merayap, penting untuk mengubah sudut pandang. Alih-alih melihat diri kita kurang dibandingkan dengan orang lain, kita bisa melihat mereka sebagai inspirasi. Apa yang membuat mereka berhasil? Apa pelajaran yang bisa kita ambil? Dengan pendekatan ini, rasa minder dapat berubah menjadi motivasi. Lagipula, kesuksesan orang lain tidak pernah mengurangi peluang kita untuk meraih hal yang sama. Dunia play228 penuh dengan ruang bagi semua orang untuk bersinar, dengan caranya masing-masing.

Namun, penting juga untuk menerima kenyataan bahwa kita tidak harus menjadi seperti orang lain untuk merasa cukup. Setiap orang memiliki keunikan dan potensi yang berbeda. Hal-hal yang tampak biasa bagi kita bisa jadi luar biasa di mata orang lain. Fokus pada kelebihan dan nilai-nilai pribadi, daripada menghabiskan energi untuk mengejar standar yang bukan milik kita. Dengan cara ini, kita bisa merasa lebih damai dengan diri sendiri, terlepas dari apa yang dimiliki atau dicapai oleh orang lain.

Pada akhirnya, "Aku tak bisa seperti dia" bukanlah sebuah kelemahan, melainkan pengingat bahwa kita adalah individu yang unik. Tidak apa-apa untuk berbeda, tidak apa-apa untuk berjalan dengan kecepatan sendiri, dan tidak apa-apa untuk gagal sekalipun. Hidup ini bukan tentang menjadi yang terbaik dibandingkan orang lain, tetapi tentang menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Dan itu, pada dasarnya, sudah lebih dari cukup.